loading...

Monday, October 17, 2016

Pengalaman Berkebun Sengon dan Karet

Saya dan suami memiliki pekerjaan utama sebagai seorang pegawai negeri sipil di salah satu kota di Provinsi Lampung.  Memiliki banyak anak dan keinginan untuk memiliki hidup yang lebih baik tentu mendorong kami berfikir lebih kreatif untuk mencari penghasilan tambahan.  Membuka usaha tentu tidak memungkinkan karena kami bekerja full time.

Pilihan kami jatuh pada berkebun.  Sekitar tahun 2008 kami membeli tanah beberapa hektar dengan harga yang sangat murah, hanya sekitar 3 jutaan/ha.  Tentu saja lokasi sangat sulit, jauh dari tempat tinggal kami (4 jam perjalanan) dan masih berupa hutan tak terurus.  Perjuangan membuka lahan, menanam, merawat hingga bisa dipanen sangatlah panjang dan berat. Saat ini total lahan kebun karet yang sudah bisa dipanen sekitar 9 ha,  dan harga getahnya sangatlah rendah.  Saat ini harga karet di kebun kami hanya 6000an/kg, dengan hasil sekitar 1 ton getah per 2 minggu, itupun hasilnya dibagi 2 dengan penderes.  Kami juga pernah menikmati harga karet sampai dengan 18.000/kg, tapi sayangnya waktu itu produksi masih sedikit.  Jika harga karet cukup tinggi, pemilik umumnya bisa mendapatkan bagian sampai dengan 65% dari penjualan.  Tapi dengan harga yang sangat rendah seperti sekarang tentu pekerja akan kesulitan hidup jika hanya mendapatkan bagian 35% saja.

Sedikit banyak kami merasa senang karena memiliki penghasilan tambahan, walaupun rada kecewa karena harga kurang memuaskan.  Tetapi rezeki memang sudah ada yang mengatur, segala sesuatunya harus kita syukuri bukan?
Setidaknya kami pada akhirnya memili lahan yang luas, dan walaupuh hasil panen tidak seberapa tapi nilai tanah sudah naik lebih dari 10 kali lipat.  Lokasi yang tadinya terpencil, sekarang sudah mulai ramai dan memiliki akses jalan yang baik.

Selain berkebuh karet, kami iseng-iseng juga menanam sengon di kampung halaman suami.  Waktu itu ada lahan milik orang tua suami yang tidak dipergunakan, luasnya kurang dari 1 hektar.  Waktu itu lagi booming berita-berita tentang sengon.  Kabarnya hasilnya luar biasa.

Januari tahun 2010, setelah lahan dibersihkan suami membawa bibit sengon dari kota tempat tinggal kami (daerah kami banyak pembibit kayu, buah dan bunga) ke kampung orang tuanya yang jaraknya sekitar 3 jam perjalanan. Sekitar 550 batang bibit dibawa dengan mobil pribadi, dan langsung ditanam keesoan harinya.  Lubang memang sudah disiapkan sebelumnya.  Seharusnya memang bibit diistirahatkan sekitar 2 minggu sebelum ditanam, tapi demi mengejar waktu dan sulitnya bolak balik ke lokasi, bibit langsung ditanam dengan jarak 4 x 4 meter.

Sengon yang kami tanam jenis sengon putih.  Banyak penduduk sekitar yang akhirnya ikut menanan sengon karena melihat cepatnya pohon sengon tumbuh. Sekitar tahun ketiga atau keempat, mulai banyak yang ingin membeli kayu sengon kami tersebut, awalnya ditawar 25 juta.  Tentu saja tidak kami jual karena jauh dari target.  Seiring berjalannya waktu tawaran meningkat 40 juta, 60 juta, 75 juta, dan akhirnya kami jual dengan harga 100 juta.  Pembayaran cash dan hanya keluar komisi 5 jt untuk makelar, pemilik tidak mengeluarkan biaya lainnya.   Harga jual kayu sengon  ini cukup menguntungkan bukan?

Sebenarnya ada yang kami sesali, kenapa kebun yang kami tanami karet itu tidak kami tanami sengon saja.  Harga bibit murah, perawatanpun sangat mudah dan murah.  Karena sebenarnya hampir-hampir tidak ada perawatan yang kami lakukan.  Bibit sengon harganya sekitar Rp. 1.200-1500/batang, biaya pembersihan lahan sekitar 1 juta, pembuatan lubang sampai tanam Rp. 3000/titik tanam.
Satu kali membeli racun rumput round up Rp. 500.000 termasuk upah semprot.  Dan beberapa kali membuang cabang agar pohon bisa tinggi dilakukan sendiri.  Tidak pernah kami pupuk, karena lahannya sudah subur (dan pemiliknya cukup malas hehe,..).  Tapi bagi yang lahannya kurang subur harus dipupuk yaa... Total biaya hanya 5 jutaan per hektar. Dengan kondisi pohon yang mati dan rubuh cukup banyak, yang tersisa kurang dari 300 batang sengon, namun harga jual cukup menjanjikan.

Bayangkan kalau kami menanam sengon saja 6 tahun yang lalu, saat ini kami bisa mendapatkan uang cash sekitar 1 milyar rupiah (ngekhayal...), dan bisa langsung ditanami lagi setelah dipanen.

Saya hanya ingin berbagi pengalaman dan angka yang realistis dari berkebun karet maupun sengon.  Karena beberapa web yang saya baca hasilnya bisa ratusan juta dalam 6 tahun dan modal tanam mencapai puluhan juta. Tidak masuk akal bagi saya.  Bahkan ada yang menulis dalam 1 hektar ditanam sampai 4000-5000 batang, mau jarak tanam berapa?

Mudah-mudahan tulisan ini bisa lebih mudah dipahami dan bisa menginspirasi saudara saudari untuk berkebun,  dengan modal dan hasil yang lebih realistis dan mendekati kenyataan.

Semoga bermanfaat, smoga pembaca ada yang bersedia share pengalamannya dalam berkebun juga.


Kamis, 5 Oktober 2010

Setahun berlalu dari tulisan saya di atas.  Karena hasil yang bagus dari pohon sengon membuat kami menanam pohon sengon di wilayah perkebunan karet kami.  Dan ternyata .......hasilnya tidak sebaik yang kami kira, ternyata pohon sengon ini hanya tumbuh baik di daerah yang relatif dingin dan basah seperti Kota Agung, Tanggamus dan tidak cocok ditanam di Way Kanan yang sangat panas dan kering.

Ternyata pilihan kami tidak salah (hehe..), walaupun tidak terlalu banyak (sekitar 10 juta per bulan) bisa kami nikmati dari kebun karet di Way Kanan. Sangat lumayan untuk PNS di kota kecil seperti kami.

Yang penting adalah banyak-banyak bersyukur dan tidak berhenti berusaha.  Semoga Allah meridhoi usaha kita dan melimpahkan rezeki-Nya yang halal.  Amiin Ya Robbal Alamiin.